PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
EFEKTIVITAS
PENGGUNAAN KARTUN TV TANPA PERCAKAPAN UNTUK PENINGKATAN KREATIVITAS BERBAHASA
JAWA
ANAK
JALANAN PINGIT
BIDANG KEGIATAN:
PKM-P
Diusulkan oleh:
Ketua : 1. Heronimus Yudi Kristianto 091134071/ PGSD/2009
Anggota : 1. Danik Puspita Sari 101134112/PGSD/2010
2. Yovita Tira Vianita
101134090/PGSD/2010
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
A. EFEKTIVITAS
PENGGUNAAN KARTUN TV TANPA PERCAKAPAN UNTUK PENINGKATAN KREATIVITAS BERBAHASA
JAWA ANAK JALANAN PINGIT
B. LATAR
BELAKANG
Bahasa merupakan
alat komunikasi paling utama di dalam kehidupan manusia. Segala sesuatu yang terdapat
dalam pemikiran manusia diluapkan melalui perkataan yang membentuk pola dan
kebiasaan. Perkataan-perkataan tersebut dapat dimengerti dan dijadikan suatu
isyarat manusia dalam berkomunikasi. Bahasa nasional adalah bahasa resmi suatu
negara yang digunakan warga negara dalam berkomunikasi. Bahasa nasional adalah
bahasa yang penting karena menyatukan beranekaragam bahasa daerah sebagai
bahasa ibu dari warga negara dalam berkomunikasi. Bahasa ibu adalah bahasa
pertama yang didengar dan diucapkan seseorang dalam berkomunikasi. Bahasa ibu
sangat penting bagi seseorang karena dapat membantu memahami tentang bagaimana
ilmu pengetahuan tersebut diperoleh. Bahasa ibu terbentuk karena adanya
kebiasaan yang telah membudaya dalam lingkup wilayah tertentu.
Masyarakat yang menempati daerah Yogyakarta menggunakan
Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu mereka. Bahasa Jawa merupakan hasil budaya
masyarakat jawa yang menempati daerah Yogyakarta. Jadi Bahasa Jawa merupakan
warisan leluhur yang sangat berharga dan harus dilestarikan.
Bahasa Jawa secara
garis besar terbagi menjadi empat bagian, yaitu Basa Ngoko, Basa Krama, Basa
Madya dan Basa Krama Inggil (menurut Soepomo
Poedjasoedarma , dkk dalam bukunya Tingkat Tutur Bahasa Jawa tahun 1979).
Pada
saat ini, penggunaan Bahasa Jawa secara baik dan benar pada anak-anak,
khususnya anak-anak jalanan mulai menipis. Hal ini disebabkan karena kurangnya
perhatian dan pembinaan dari masyarakat dalam membudayakan Bahasa Jawa pada
anak-anak secara baik dan benar, khususnya anak-anak jalanan. Dalam kehidupan
sehari-hari, anak-anak jalanan menggunakan Bahasa Jawa dalam berkomunikasi
dengan yang lain. Namun, dalam dialek yang sering mereka ucapkan kurang baik
dan benar. Misalnya: mereka menggunakan basa ngoko terhadap orang yang lebih
tua.
Beberapa tahun
belakangan ini, terdapat Kartun Tanpa Percakapan adalah cerita film animasi
tanpa dialog dengan menimbulkan efek suara yang mensimulasikan suara-suara yang
ada dalam kehidupan sehari-hari. Kartun Tanpa Percakapan telah menjadi tayangan yang digemari oleh anak-anak, termasuk
anak-anak jalanan. Hampir setiap hari, mereka menghabiskan waktu berada di
depan televisi menikmati tayangan ini. Sehabis pulang sekolah, anak-anak berada
di depan televisi untuk menyaksikan tayangan Kartun Tanpa Percakapan. Begitu
pula anak-anak jalanan, mereka selalu menyisihkan waktu untuk menyaksikan
tayangan ini sebelum mereka bekerja mencari penghasilan tambahan.
Dengan menipisnya
penggunaan Bahasa Jawa secara baik dan benar pada anak-anak jalanan menyebabkan
terkikisnya nilai-nilai budaya yang diwariskan oleh leluhur. Menanggapi masalah
tersebut penulis ingin melakukan suatu penelitian tentang penggunaan Bahasa Jawa
pada anak-anak jalanan melalui tayangan Kartun Tanpa Percakapan di televisi.
Penelitian ini bertujuan agar anak-anak jalanan dapat menggunakan Bahasa Jawa
dengan baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat mengembangkan
kreativitas mereka dalam berbahasa Jawa.
C.
PERUMUSAN MASALAH
Pokok
permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini dapat dirumuskan:
1.
Apakah
Kartun Tanpa Percakapan dapat membantu anak-anak jalanan menggunakan Bahasa
Jawa dengan baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari?
2.
Apakah
Kartun Tanpa Percakapan dapat mengembangkan kreativitas anak-anak jalanan dalam berbahasa
Jawa?
D.
TUJUAN PENELITIAN
1.
Untuk
mengetahui penggunaan Bahasa Jawa yang baik dan benar dalam kehidupan
sehari-hari anak jalanan.
2.
Untuk
mengetahui perkembangan kreativitas anak-anak jalanan dalam berbahasa Jawa.
E. LUARAN
YANG DIHARAPKAN
Setelah melakukan penelitian ini, anak diharapkan :
1.
Anak-anak
jalanan dapat menggunakan Bahasa Jawa yang baik dan benar dalam kehidupan
sehari-hari.
2.
Anak-anak
jalanan dapat mengembangkan kreativitas dalam berbahasa Jawa.
F. KEGUNAAN
Adapun manfaat
dari penelitian ini adalah:
1.
Bagi
anak-anak jalanan dapat menggunakan Bahasa Jawa dengan baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari.
2.
Bagi
anak-anak jalanan dapat mengembangkan kreativitas dalam berbahasa Jawa.
3.
Bagi
mahasiswa dapat melakukan penelitian terhadap anak-anak jalanan dalam minat
berbahasa Jawa.
4.
Bagi
dunia pendidikan mendapatkan sumbangan ilmu yang penting di bidang pembelajaran Bahasa Jawa.
F.
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Bahasa Jawa
Menurut Aryo Bimo Setyanto, SH (Parama Sastra Bahasa Jawa tahun 2007:1)
menyebutkan bahwa bahasa Jawa merupakan alat komunikasi dalam pergaulan
sehari-hari. Berbicara kepada orang tua berbeda dengan berbicara pada anak
kecil atau yang seumur. Kata-kata atau bahasa yang ditujukan pada orang lain
itulah yang disebut : unggah-ungguhing basa. Unggah-ungguhing basa pada
dasarnya dibagi menjadi tiga : Basa Ngoko, Basa Madya, dan Basa Madya (Antun
Suhono, 1952:12). Selain yang disebut di atas orang-orang di istana menggunakan
Bahasa Kedhaton atau yang sering disebut Basa Bagongan. Basa ngoko dipakai orang pada waktu orang itu
merasa kesal atau marah, biasanya hanya orang-orang kelas bawahnya yang memakai
basa ngoko itu Antun
Suhono, 1952:24). Basa
krama merupakan standar Bahasa Jawa yang digunakan. Jika pada tahun ini menjadi
basa krama, tahun depan belum tentu menjadi basa krama Antun Suhono, 1952:27). Basa Madya merupakan basa krama yang
diciptakan oleh orang-orang desa yang dapat diterima masyarakat Antun Suhono, 1952:28). Basa krama inggil digunakan untuk
menunjukkan rasa hormat kepada diri orang yang ditunjuk Antun Suhono, 1952:29). Dalam perkembangan Bahasa Jawa, basa ngoko
adalah bahasa yang paling banyak digunakan masyarakat Yogyakarta dalam dialek
sehari-hari. Sedangkan basa krama inggil sedikit diucapkan karena basa krama
inggil merupakan bahasa yang digunakan dalam lingkungan Keraton. Hanya kaum
bangsawan yang menggunakan Basa Krama Inggil ini dalam dialek sehari-hari.
Menurut D. Edi Subroto, dkk ( Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa tahun 1991:9) menyebutkan
bahwa Bahasa Jawa sebagaimana bahasa pada umumnya ada untuk mengungkapkan
segala sesuatu yang menjadi kekayaan jiwa penutur-penuturnya untuk disampaikan
kepada para pendengar mitra wicaranya. Dalam kaitan ini, perlu diperhatikan
sikap khas bahasa, yakni walaupun yang diungkapkan itu terjadi dan dapat
ditangkap kesadaran dalam sekejap akan tetapi manakala dibahasakan harus
menjadi bentuk pernyataan dalam beberapa kejap.
Setiap orang Jawa yang kesehariannya berbahasa Jawa disamping akan segera
memahami kata-kata dalam Bahasa Jawa dan ketika mendengar kata-kata tersebut
mereka akan segera memahami kalimat yang dibentuk dari kata-kata itu (Tata
Bahasa Baku Bahasa Jawa tahun 1991:13).
2.
Kartun Tanpa Percakapan
Televisi
merupakan media komunikasi yang menyediakan berbagai informasi yang update,
dan menyebarkannya kepada khalayak umum. Dalam Baksin (2006: 16) mendefinisikan
bahwa: “Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang
menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual
gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola
pikir, dan tindak individu”.
Menurut
ensiklopedia Indonesia dalam Parwadi (2004: 28) lebih luas lagi dinyatakan
bahwa: “Televisi adalah sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan
kembali gambar melalui tenaga listrik. Gambar tersebut ditangkap dengan kamera
televisi, diubah menjadi sinyal listrik, dan dikirim langsung lewat kabel
listrik kepada pesawat penerima”.
Pengertian Kartun menurut KBBI adalah 1 film
bioskop yg dibuat dengan memotret gambar (lukisan) tangan yang berseri; 2 gambar dengan penampilan yang lucu
yang berkaitan dengan keadaan yang sedang berlaku (terutama mengenai politik).
Kartun Tanpa
Percakapan adalah cerita film animasi tanpa dialog dengan menimbulkan efek
suara yang mensimulasikan suara-suara yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Film animasi ini juga menampilkan jalan cerita lucu yang dapat menghibur
pemirsa yang melihatnya. Frekuensi penayangan Kartun Tanpa Percakapan mulai
sering muncul di televisi dan ternyata banyak menjadi pilihan masyarakat
sebagai sarana hiburan, terutama anak-anak. Contoh Kartun Tanpa Percakapan :
Bernard Bear, Oscar Oasis, Didi Si Tikus, Shaun the Sheep, Larva, Ooglies, Owl.
3. Kreativitas
Menurut Santrock
(2002:327) berpendapat bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan
sesuatu dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa serta melahirkan suatu
solusi yang unik terhadap masalah-masalah yang dihadapi.
Menurut Mayesty
(1990:9) berpendapat bahwa kreativitas adalah cara berfikir atau bertindak atau
menciptakan sesuatu yang original dan bernilai atau berguna bagi orang tersebut
dan orang lain.
Menurut Angelou
berpendapat bahwa kreativitas ditandai dengan adanya kemampuan untuk
menciptakan, mengadakan, menemukan suatu bentuk baru dan atau untuk menghasilkan
sesuatu melalui keterampilan imajinatif.
Gallgher dalam
Munandar (1999:5) menyatakan bahwa kreativitas berhubungan dengan kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru, yang belum ada sebelumnya.
Moustakas dalam
Munandar (1999:5) menyatakan bahwa kreativitas berhubungan dengan pengalaman
mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu
dalam hubungan dengan diri sendiri , alam, dan orang lain.
Semiawan dalam
Munandar (1999:5) berpendapat bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk
memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.
G.
METODOLOGI PENELITIAN
1.
Pendekatan
Penelitian
Penelitian tentang Efektivitas Penggunaan
Kartun TV Tanpa Percakapan Untuk Peningkatan
Kreativitas Anak Jalanan merupakan penelitian dengan pendekatan
deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan pada variabel mandiri, tanpa
membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain (Sugiyono,
1992:6). Menurut Lexy Moleong (1996:6) penelitian deskriptif kualitatif data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, bukan angka-angka. Pendekatan kualitatif
dapat diperoleh melalui pemahaman dan penafsiran mengenai makna, kenyataan, dan
fakta yang relevan (Djihad Hisyam, 1998 : 79).
Jadi penelitian ini mendeskripsikan
data, mengembangkan konsep, menghimpun data dan menginterpretasikan data yang
diperoleh melalui kajian telaah perilaku dari para pelaku yang terlibat dalam
proses penelitian Efektivitas Penggunaan Kartun TV Tanpa Percakapan Untuk Peningkatan Kreativitas Anak Jalanan. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu variabel
bebas, variabel terkontrol, dan variabel terikat. Menurut Sugiyono (1994:20)
variabel adalah suatu atribut atau aspek dari subyek yang mempunyai variabel
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini variabel bebas
adalah Kartun Tanpa Percakapan, variabel terkontrol adalah Kreativitas
Berbahasa Jawa dan variabel terikat adalah anak jalanan. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penedekatan exspost facto, yaitu dilakukan
dengan tujuan semata-mata untuk mengungkapkan gambaran tentang sesuatu yang
sedang terjadi atau telah terjadi.
2.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Tempat
penelitian ini dilaksanakan daerah Pingit, Godean , sedangkan waktu penelitian
dilakukan pada 1 Februari sampai 31 Maret 2012. Tempat penelitian ini didasarkan atas pertimbangan
anak jalanan yang bertempat tinggal di Pingit memiliki kemampuan berbahasa Jawa
yang kurang baik dan benar dalam kehidupannya sehari-hari.
3.
Obyek
Penelitian dan Sumber Data
Menurut
Sugiono (1994: 55) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek
atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan dapat ditarik. Subyek dalam penelitian ini
adalah anak jalanan Pingit yang memiliki kemampuan berbahasa Jawa kurang baik
dan benar.
4.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam
pengumpulan data menggunakan beberapa teknik supaya data yang diperoleh merupakan data
yang valid, sehingga merupakan gambaran yang sebenarnya dari kondisi
pelaksanaan penelitian tentang Efektivitas Penggunaan Kartun TV Tanpa Percakapan
Untuk Peningkatan Kreativitas Anak
Jalanan. Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut :
a.
Teknik Observasi
Pengumpulan
data dengan cara observasi dilakukan dengan pengamatan. Teknik observasi
dilakukan secara sistematis dengan pedoman sebagai instrumen penelitian.
Pedoman observasi berisi daftar jenis kegiatan yang mungkin akan timbul dan
akan diamati dalam kegiatan penelitian. Pengamatan ini dilakukan secara
langsung untuk mengetahui secara langsung kegiatan penelitian.
b.
Wawancara
Wawancara
dilakukan secara mendalam kepada subyek penelitian pada saat sebelum dan
sesudah kegiatan penelitian. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara
terstruktur, menurut Suharsimi Arikunto (1993:197) dalam pedoman wawancara
terstruktur mula-mula intervier
c.
Dokumentasi
Dokumentasi
merupakan sumber data yang berasal dari catatan yang sifatnya tertulis.
Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang perkembangan kreativitas
berbahasa Jawa anak jalanan.
5.
Instrumen
Penelitian
Instrumen
penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara, atau pengamatan, atau
daftar pertanyaan, yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden
(W. Gulo, 2002:123). Instrumen penelitian disusun sesuai dengan metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data seperti pedoman wawancara dan pedoman
pengamatan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara dan pedoman
pengamatan sebagai instrumen penelitian.
6.
Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
Teknik Pengumpulan Data
-
Populasi :
Anak Jalanan Pingit
-
Sampel :
Anak Jalanan Pingit Usia 6-12 tahun
Analisis Data
-
Wawancara terstruktur
-
Observasi :
Pre test
Post Test
7.
Penyimpulan Hasil Penelitian
Setelah memperoleh informasi-informasi
penting dari wawancara dan pengamatan serta dokumentasi, maka diperoleh data
yang valid dan realiable untuk
membuktikan bahwa Kartun Tanpa percakapan akan mengefektifkan kreativitas
berbahasa Jawa pada anak jalanan di Pingit.
naruto, one piece, bleach and fairy tails,,,siph lek,,,
BalasHapuswkwkk, kae ono percakapan'e lek
BalasHapussing dimaksud ki ky bernard, oscar, shaun the sheep